2019-04-22
Apel pagi pada tanggal 22 april 2019 di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota magelang sedikit berbeda, karena sekaligus menjadi peringatan hari lahir RA Kartini
Hari Kartini telah ditetapkan oleh Presiden Soekarno sejak tahun 1964. Selain momen hari kelahiran Raden Ajeng Kartini, 21 April juga merupakan hari penghargaan terhadap perjuangan para wanita. Mampu berdiri sendiri untuk mendapatkan hak hidup dalam masyarakat Indonesia.
Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat merupakan nama lengkap RA Kartini yang merupakan tokoh Pahlawan Nasional yang memperjuangkan emansipasi wanita. Ia lahir pada tanggal 21 April 1879 di Mayong, Jepara, Jawa Tengah. Ayahnya bernama Raden mas Adipati Ario Sosroningrat yang merupakan seorang bupati Jepara. Di era Kartini, wanita-wanita negeri ini belum memperoleh kebebasan dalam berbagai hal. Mereka belum diijinkan untuk memperoleh pendidikan yang tinggi seperti pria dan bahkan belum diijinkan menentukan jodoh/suami sendiri. Keadaan seprti itu membuat Kartini berkeinginan dan bertekad untuk memajukan wanita bangsanya, Indonesia. Langkah untuk memajukan itu menurutnya bisa dicapai melalui pendidikan. Untuk merealisasikan cita - citanya itu, dia mengawalinya dengan mendirikan sekolah untuk anak gadis di daerah kelahirannya, Jepara. Berbagai rintangan tidak menyurutkan semangatnya, bahkan pernikahan sekalipun. Setelah menikah, dia masih mendirikan sekolah di Rembang. Apa yang dilakukannya dengan sekolah itu kemudian diikuti oleh wanita-wanita lainnya dengan mendirikan ‘Sekolah Kartini’ di tempat masing-masing seperti di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, dan Cirebon. Sepanjang hidupnya, Kartini sangat senang berteman. Dia mempunyai banyak teman baik di dalam negeri maupun di Eropa khususnya dari negeri Belanda, bangsa yang sedang menjajah Indonesia saat itu. Kepada para sahabatnya, dia sering mencurahkan isi hatinya tentang keinginannya memajukan wanita negerinya. Kepada teman - temannya yang orang Belanda dia sering menulis surat yang mengungkapkan cita - citanya tersebut, tentang adanya persamaan hak kaum wanita dan pria. Setelah meninggalnya Kartini, surat - surat tersebut kemudian dikumpulkan dan diterbitkan menjadi sebuah buku yang dalam bahasa Belanda berjudul Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Apa yang terdapat dalam buku itu sangat berpengaruh besar dalam mendorong kemajuan wanita Indonesia karena isi tulisan tersebut telah menjadi sumber motivasi perjuangan bagi kaum wanita Indonesia di kemudian hari.
Salah satu pejuang emansipasi wanita pertama di Indonesia, Ibu Kita Kartini telah membuka pintu besar bagi para perempuan Indonesia. -int_d-